Rabu, 15 Februari 2017

GENERASI MILLENNIALS MENJAWAB TANTANGAN BONUS DEMOGRAFI

Oleh Ivan divya

            Sadar atau tidak, dunia kita telah mengalami perubahan. Proses tersebut berlangsung secara cepat dan meluas. Di masa lalu, orang berkomunikasi jarak jauh dengan saling berkirim surat. Akan tetapi, setelah perkembangan internet dan teknologi, orang beralih menggunakan email dan media sosial seperti Whatsapp, Line, dan Blackberry Messenger karena lebih cepat dan efisien. Selain dalam hal berkomunikasi perubahan juga terjadi pada media pemberitaan. Kegiatan membaca berita awalnya hanya bisa dilakukan dengan membaca koran, sekarang kegiatan tersebut bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja menggunakan ponsel pintar kita. Perubahan juga terjadi ketika kita menonton film di televisi. Dari penggunaan Betamax dan VCD, sekarang berubah menjadi layanan televisi online untuk streaming film, seperti Netflix. 
            Berbagai perubahan itulah yang melahirkan suatu generasi baru yang disebut ”Generasi millennials”. Generasi ini lahir di antara tahun 1980 sampai 2000. Itu berarti pada saat tulisan ini dibuat mereka berada pada rentang usia 16 s.d. 37 tahun. Karena dibesarkan oleh kemajuan teknologi, mereka memiliki ciri-ciri kreatif, mempunyai passion dan produktif. Dibandingkan generasi sebelumnya, mereka lebih berteman baik dengan teknologi. Oleh karena itu, mereka mampu menciptakan berbagai peluang baru seiring dengan perkembangan teknologi yang kian mutakhir.
            Menurut data Bappenas pada tahun 2015, jumlah millenneals di Indonesia sebanyak 84 juta jiwa, sementara jumlah total penduduk berada pada angka 255 juta jiwa. Berarti 33% dari penduduk Indonesia adalah generasi millennials. Jika dilakukan perbandingan usia produktif antara 16 s.d. 64 tahun, sebanyak 50% dari penduduk usia produktif adalah millennials.
            Memasuki tahun 2020, Bangsa Indonesia diperkirakan akan mengalami lonjakan jumlah penduduk usia produktif (termasuk generasi millennials). Pertama kali dalam sejarah Indonesia, lonjakan tersebut akan membentuk proporsi yang biasa kita sebut dengan bonus demografi. Fenomena tersebut terjadi karena jumlah penduduk produktif melebihi jumlah penduduk tidak produktif.
            Bonus demografi bagaikan pisau bermata dua. Satu sisi mampu memberi manfaat dalam pembangunan negara karena jumlah penduduk usia produktif lebih mendominasi, di sisi lain fenomena tersebut juga dapat menjadi petaka karena dapat menyebabkan berbagai permasalahan sosial seperti pengangguran, kemiskinan hingga meningkatnya angka kriminalitas.
Tulisan ini dimaksudkan mengajak generasi millennials untuk optimistis menghadapi fenomena bonus demografi di Indonesia. Mengapa? Karena generasi ini memiliki berbagai kelebihan dan potensi untuk mampu bersaing. Bagi generasi millennials, fenomena ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dengan penuh kesiapan untuk mewujudkan kemandirian bangsa dalam segala aspek.  
Dalam menghadapi fenomena bonus demografi, akan lebih arif jika kita belajar dari pengalaman bangsa lain yang pernah mengalami hal yang serupa. Sedikit menengok catatan sejarah, pada tahun 1950, Jepang juga pernah mengalami fenomena bonus demografi. Pada saat itu, pemerintah Negeri Sakura memiliki pemahaman bahwa hal tersebut harus dijadikan prioritas utama, sehingga mereka menyiapkan para pemuda Jepang untuk memainkan perannya dalam menghadapi hal tersebut. Melalui perencanaan pembangunan sumber daya manusia khususnya para pemuda, peningkatan mutu pendidikan, hingga memperbaiki sektor ketenagakerjaan dan kesehatan. Alhasil, mereka berhasil menjawab tantangan tersebut, sehingga fondasi kemajuan Jepang pun sudah dimulai sejak tahun tersebut. Berkat kesiapan dan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni, pada tahun 1970, Jepang berhasil menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-3 di dunia.
            Saat ini Indonesia akan mengalami hal yang mirip dengan apa yang terjadi dengan Jepang pada tahun 1950. Menurut prediksi, fenomena bonus demografi akan mencapai puncaknya pada tahun 2020 hingga 2030. Pada periode tersebut, sebanyak 70% penduduk berada pada usia produktif. Hal ini tentunya bisa menjadi keuntungan bagi negara atau malah sebaliknya. 
            Berkaca dari paparan data yang begitu mencengangkan, mampukah kita sebagai generasi millennials menghadapi tantangan ini? Sekaligus mewujudkan Indonesia yang mandiri? Namun sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu kita pahami terlebih dahulu siapakah sebenarnya generasi millennials yang digadang-gadang akan memiliki peranan besar dalam bonus demografi Indonesia pada tahun 2020.
Didasari kehadiran Generation Theory yang dicetuskan oleh Karl Mannheim pada tahun 1923, generasi manusia dibagi berdasarkan tahun kelahiran dan karakteristik sosiokultural dengan istilah X, Y, dan Z. Tujuan dari teori ini adalah menciptakan pemahaman dan keselarasan antargenerasi. Pemahaman ini penting karena setiap generasi memiliki karakteristik dan kecenderungan masing-masing.
Generasi X yang lahir pada 1965 s.d. 1979 mempunyai karakteristik mampu beradaptasi, mudah menerima perubahan, loyal, mengutamakan citra, ketenaran, dan finansial. Berbeda dengan generasi Y alias millennials yang lahir pada 1980 s.d. 2000 mempunyai karakteristik komunikasi yang terbuka, pengguna media sosial yang fanatik, kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi, lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya. Sedangkan yang terakhir adalah generasi Z, mereka adalah generasi yang lahir pada tahun awal tahun 2000 hingga sekarang, sejak dari lahir, mereka sudah bercengkrama dengan dunia digital. Namun sebagai catatan, generasi tersebut belum akan banyak berperan pada bonus demografi Indonesia pada 2020.
Menurut Yoris Sebastian dalam bukunya Generasi Langgas Millennials Indonesia, ada beberapa keunggulan dari generasi tersebut. Ingin serba cepat, mudah berpindah pekerjaan dalam waktu singkat, kreatif, dinamis, melek teknologi, dekat dengan media sosial, dan sebagainya.
Sebuah riset yang dilakukan oleh Youth Lab (sebuah lembaga studi mengenai anak Muda Indonesia) di lima kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Makasar, Medan, dan Malang. Dari riset itu, didapati bahwa generasi millenials memiliki karakter yang jauh lebih kreatif dan informatif. Generasi tersebut juga memiliki cara pandang yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Lima kota tersebut dipilih karena dinilai menjadi indikator dinamika tren saat ini. Riset tersebut dilakukan dengan berhadapan dan mengikuti langsung kegiatan para millenials, serta mewawancarai kelompok-kelompok millennials yang menjadi trendsetter. Oleh karena itu, Generasi millennials patut kita nantikan kiprahnya saat bonus demografi Indonesia tahun 2020.
            Dari segi pendidikan, generasi ini lebih unggul dibandingkan generasi sebelumnya. Pada generasi sebelumnya, masih kita temui orang-orang dengan latar belakang pendidikan tamatan Sekolah Dasar bahkan ada yang sama sekali tidak mengenyam bangku pendidikan. Sedangkan generasi millennials, meskipun masih ada yang hanya tamatan Sekolah Dasar, angkanya cenderung menurun. Hal tersebut juga tidak lepas dari peran pemerintah yang mencanangkan program wajib belajar. Selain itu, generasi tersebut juga mendapat kurikulum dan pelayanan pendidikan yang lebih baik karena peningkatan mutu pendidikan yang terus disempurnakan. Bisa dikatakan juga bahwa selama ini generasi millennials adalah generasi terbaik dalam hal perolehan pendidikan.
            Selain mutu pendidikan yang membaik, generasi ini mempunyai minat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Generasi tersebut sadar betul bahwa pendidikan merupakan prioritas yang utama. Bahkan lebih dari itu, Generasi ini tidak hanya berpuas diri selesai pada S1 (sarjana), sebagian malah berkeinginan untuk melanjutkannya pendidikannya ke jenjang S2 (magister) maupun S3 (doktoral).     
            Dari segi pola pikir generasi tersebut memiliki perbedaan dengan generasi sebelumnya.  Generasi ini dilahirkan dan dibesarkan pada saat gejolak ekonomi, politik, dan sosial melanda Indonesia. Deru reformasi mampu memberikan dampak yang mendalam bagi generasi millennials. Generasi tersebut tumbuh menjadi individu-individu yang open minded, menjunjung tinggi kebebasan, kritis dan berani. Hal tersebut juga didukung dengan kondisi pemerintahan saat ini yang lebih terbuka dan kondusif.
            Ciri yang paling menonjol dari generasi millennials adalah penguasaan pada bidang teknologi dan informasi. Generasi ini merupakan generasi yang melibatkan teknologi dalam segala aspek kehidupan. Bukti nyata yang dapat diamati adalah hampir seluruh individu dalam generasi tersebut memilih menggunakan ponsel pintar. Apakah ini hal negatif ? Tentu saja tidak. Dengan menggunakan perangkat tersebut para millennials dapat menjadi individu yang lebih produktif dan efisien. Dari perangkat tersebut mereka mampu melakukan apapun dari sekadar berkirim pesan singkat, mengakses situs pendidikan, bertransaksi bisnis online, hingga memesan jasa transportasi online.
            Generasi millennials memiliki peluang dan kesempatan berinovasi yang sangat luas di era ini. Terciptanya ekosistem digital berhasil menciptakan beraneka ragam bidang usaha tumbuh menjamur di Indonesia. Hal ini bisa kita lihat dari munculnya berbagai startup, salah satunya adalah Go-jek. Dengan inovasi ini, Nadiem Makarim yang juga merupakan bagian dari generasi millennials Indonesia berhasil menciptakan sebuah solusi untuk mengatasi kemacetan di kota-kota besar, terutama DKI Jakarta. Selain itu Go-jek berhasil memberi dampak ekonomi yang besar bagi tukang ojek yang terlibat di dalamnya. Ditambah kehadiran bisnis e-commerce karya millennials Indonesia seperti Tokopedia.com dan Bukalapak.com yang mampu memfasilitasi millennials yang memiliki jiwa wirausaha untuk semakin berkembang. Berbagai contoh inovasi inilah yang membuktikan bahwa generasi millennials Indonesia mampu mewujudkan kemandirian secara ekonomi.
            Setelah melihat berbagai paparan tersebut, akhirnya kita mengenal siapa sebenarnya generasi millennials. Perlu diingatkan kembali bahwa generasi millennials adalah individu-individu yang akan berkompetisi dalam bonus demografi Indonesia pada tahun 2020. Generasi tersebut adalah generasi terbaik dalam segi pendidikan yang memosisikan pendidikan sebagai prioritas utama, Pola pikir yang terbuka, bebas, kritis, dan berani adalah suatu modal yang berharga bagi bangsa Indonesia. Ditambah penguasaan dalam bidang teknologi, tentu akan m­­­­­enumbuhkan peluang dan kesempatan berinovasi di era ini.
Kembali pada pertanyaan awal dalam tulisan ini, mampukah generasi millennials menghadapi tantangan bonus demografi sekaligus mewujudkan kemandirian bangsa? Pasti mampu, dengan catatan generasi millennials harus menyadari akan potensi-potensi yang telah dipaparkan sebelumnya. Jika generasi ini mampu menyadari berbagai potensi yang dimiliki akan timbul sikap optimistis. Sikap tersebut sangat penting guna menghadapi gejolak bonus demografi yang akan terjadi dalam waktu dekat. Selain itu, upaya ini akan mubazir jika pemerintah dan berbagai komponen pendukung tidak turun tangan. Peranan pemerintah melalui berbagai kebijakan dan regulasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kepemudaan sangat diperlukan. Jika demikian, generasi millennials akan semakin berkembang dan berkompeten untuk menghadapi tantangan ini. Hal tersebut akan semakin efektif apabila setiap pihak mampu bersinergi untuk mewujudkan apa yang kita upayakan bersama. Akhirnya, Bangsa Indonesia patut optimistis terhadap berbagai potensi yang dimiliki oleh generasi millennials. Oleh karena itu, generasi ini adalah modal besar untuk mewujudkan kemandirian bangsa dalam segala aspek. Berkaryalah generasi millennials, mandirilah bangsaku!



 Daftar Pustaka
Sebastian, Yoris. 2016.” GENERASI LANGGAS MILLENIALS INDONESIA” Jakarta : Gagas Media
M.y, Rahmah. 2017. “PENGALAMAN NEGARA JEPANG MEHADAPI BONUS DEMOGRAFI” dalam https://www.academia.edu/27608425/PENGALAMAN_NEGARA_JEPANG_MENGHADAPI_BONUS_DEMOGRAFI. Diakses 13 Januari 2017
Wikipedia. 2017 “Millennials” dalam https://en.wikipedia.org/wiki/Millennials. Diakses 12 Januari 2017
Wikipedia. 2017. “Theory of generations” dalam https://en.wikipedia.org/wiki/Theory_of_generations. Diakses 12 Januari 2017        

0 komentar:

Posting Komentar